Senin, 28 Mei 2012

Sepenggal kisah tentang syukur dan sabar

Di masa Rasulullah SAW, ada seorang muslimah yang memiliki anak kecil. Meski tidak bisa membaca dan menulis, wanita itu mukminah sejati. Imannya memenuhi jantung hatinya. Keimanannya dibuktikan dalam kesabaran ketika menghadapi ujian.
Suatu hari anaknya sakit, sementara suaminya sedang berada jauh untuk bekerja. Anak kecil itu akhirnya meninggal dunia ketika suaminya bekerja. Istri itu duduk disamping anaknya dan menangis sejenak. Ia terjaga dari tangisannya. Ia menyadari sebentar lagi suaminya akan pulang.

Ia bergumam, " Kalau aku menangis terus menerus disamping jenazah anakku ini, kehidupan tidak akan dikembalikan kepadanya dan aku akan melukai perasaan suamiku.
Padahal, ia akan pulang dalam keadaan lelah." Kemudian ia meletakkan anaknya yang sudah meninggal itu di kamar.

Tibalah suaminya dari tempat kerjanya yang jauh. Ketika suaminya hendak masuk ke rumah, istri itu menyambutnya dengan senyum ramah. Ia sembunyikan kesedihannya. Ia sambut suaminya dengan mengajaknya makan.
 " Mana anak kita yang sakit? " tanya suaminya.
" Alhamdulillah ia sudah lebih baik, " jawab istrinya. (Wanita itu tidak berbohong karena anaknya memang sudah berada di surga yang keadaannya jauh lebih baik. )

Istri itu terus berusaha menghibur suaminya yang baru datang. Ia mengajak suaminya untuk tidur hingga terbangun menjelang waktu subuh. Sang suami bangun, mandi, dan shalat qobla Subuh.
Ketika ia akan berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah, istrinya mendekat sambil berkata, "Suamiku, aku punya keperluan."
" Sebutkanlah, "kata suaminya.

Sang istri berkata " Kalau ada seseorang yang menitipkan amanah kepada kita, lalu pada saatnya orang itu mengambil amanah tersebut dari kita, bagaimana pendapatmu kalau amanah itu kita tahan dan kita tidak mau memberikan kepadanya?"
" Pastilah aku menjadi suami yang paling buruk akhlaknya dan khianat dalam beramal, "Jawab suaminya. "Itu merupakan perbuatan yang sangat tercela. Aku wajib mengembalikan amanah itu kepada pemiliknya!"

Lalu istrinya berkata, "Sudah tiga tahun Allah menitipkan amanah kepada kita. Kemarin, dengan kehendakNya, Allah mengambil amanah itu dari kita. Anak kita kini sudah meninggal dunia. Ia ada di kamar sebelah. Sekarang berangkatlah engkau dan lakukanlah shalat. "

Suaminya pergi ke kamar untuk menengok anaknya yang telah meninggal. Ia lalu pergi ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah di masjid Nabi. Pada waktu itu Nabi menjemputnya seraya berkata, " Diberkatilah malammu tadi itu. " Malam itu adalah malam ketika suami-istri itu bersabar dalam menghadapi musibah.
*disadur dari Buku "Woman of Heaven" oleh Evi Ni' matuzzakiyah.
 

Subuhanallah, senantiasa bersyukur dalam menerima musibah bahwa apa yang menimpa atas kita tidaklah terlalu buruk . Sabar dalam menghadapi setiap ujian dan lika liku kehidupan.

Lalu bagaimana dengan diri kita kawan??? adakah ia memiliki hati yang pandai bersyukur seperti yang dimilki sepasang suami istri diatas? Bersyukur dan bersyukur.

Syukur, salah satu kunci kebahagiaan yang sering kali kita lupakan. Kita, termasuk yang punya tulisan ini, sering kali tak dapat menemukan hal-hal yang patut disyukuri karena kita sering merasa bahwa sesuatu itu sudah semestinya terjadi dan sudah seharusnya menjadi jatah kita. Padahal segala sesuatu tidak terjadi begitu saja. Semuanya, karena rahmat Allah. Rahmat Allah yang selalu ada disekitar kita, betapapun kecilnya.

Sahabat, terkadang kita merasa tidak mendapatkan hal istimewa pada suatu hari, Tapi bukankah hari ini, detik ini kita masih diberi kesempatan untuk merasakan embun pagi yang menyejukkan? bukankah kita masih bisa merasakan makanan-makanan yang lezat? bukankah jantung kita masih terus berdetak, nafaspun tak pernah berhenti? dan bukankah hari ini kita masih bisa bertemu, bercanda dengan orang-orang yang kita cintai? bukankah kita masih bisa berbicara, berjalan, melihat, mendengar dan melakukan aktivitas lainnya?. Tanpa kita sadari hal-hal diatas sering kali kita anggap remeh, biasa dan terjadi begitu saja.

Hendaklah kita termasuk orang yang bersyukur, karena kita dulu hanyalah setetes air mani yang hina, menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, tulang, kemudian dibalut dengan kulit, hingga jadilah kita manusia, makhluk yang amat sempurna penciptaannya. Ahsanu taqwim. Betapa kita harus bersyukur bukan?....

Saatnya kini kita bangun, membuka mata, meluruskan hati, memfasihkan lisan kita untuk bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Semoga kita termasuk hambaNya yang pandai bersyukur. Aamiin.

Semangat untuk senantiasa memperbaiki diri, menjadi pribadi yang dicintai oleh Allah dan RasulNya.

Bandung, 28 Mei 2012

4 komentar:

Unknown mengatakan...

ehmmmmmmmmm izin copy yaa

Unknown mengatakan...

Izin copas ya ukhty :)

molaboy mengatakan...

nice ,izin mau buat materi kultum

Rozak offical mengatakan...

Ijin copy nya

Posting Komentar