Kehilangan dan perpisahan mengajarkan kita arti memiliki..
Kekecewaan mengajarkan kita arti kehati-hatian....
Kesepian mengajarkan kita arti kebersamaan.....
Percayalah dibalik setiap hal yang terjadi, selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Bukankah untuk menguatkan langkah kedepan terkadang kita harus mundur selangkah kebelakang. Terpaan-terpaan hidup seharusnya membuat kita lebih kuat, lebih tabah, lebih arif dan lebih bijak, karena itulah harga mati sebuah kedewasaan.
Kekecewaan mengajarkan kita arti kehati-hatian....
Kesepian mengajarkan kita arti kebersamaan.....
Percayalah dibalik setiap hal yang terjadi, selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Bukankah untuk menguatkan langkah kedepan terkadang kita harus mundur selangkah kebelakang. Terpaan-terpaan hidup seharusnya membuat kita lebih kuat, lebih tabah, lebih arif dan lebih bijak, karena itulah harga mati sebuah kedewasaan.
Bersykurlah dengan segalah nikmat dari Allah dan nantikanlah kejutan-kejutan yang lebih indah lagi dariNya
.
.
.......................................................................................................................................
Kenapa waktu begitu cepat berlalu?..Apakah aku terlalu menikmatinya? Atau aku yang tak menikmati sehingga semua terasa cepat berlalu? Mungkin bumiMu sudah cukup tua, hingga harus berotasi dengan cepatnya. Entahla, aku tak tahu.......
Mengintip kembali 9 tahun yang lalu, ketika seorang anak ingusan menangis dalam ketidaktahuannya melangkahkan kaki meninggalkan rumah tercinta demi menorehkan langkah di negeri perantauan. *sedikit lebay :P tapi itulah yang kualami kawan.
Rasanya sulit dipercaya dikala itu umurku yang terbilang masih sangat belia dengan 'terpaksa' merasakan betapa pahitnya dunia ini. Ya, waktu itu aku baru saja dinyatakan lulus dari sebuah sekolah dasar. Ayah dan Ibu pun mulai membicarakan banyak hal dimana banyak diantaranya belum bisa dipahami oleh otakku dan sangat sulit diterima oleh hati kecilku.
Singkat cerita, ketika lulus sekolah dasar aku pun meninggalkann rumah dan melanjutkan sekolah hingga lulus SMA, selama 6 tahun aku 'menumpang' dirumah orang lain. Tidak ada pilihan lain. Memang inilah yang harus kujalani, karena aku tidak akan jadi apa-apa jika terus di rumah. Ibu ingin aku melihat dunia agar aku dilihat dunia.
Pada awalnya memang berat kujalani, 3 minggu berlalu, hari hariku hanya dihiasi dengan air mata, aku terus menangis, menangis dan terus menangis, mengingat ibu dan bapak. Tak ada warna lain yang menghiasi. Tapi pada akhirnya akupun terbangun dari mimpi buruk itu, bangkit dan terus bersemangat untuk memberikan yang terbaik buat ayah dan ibu. Meskipun sempat terbesit dalam benakku tega sekali mereka membuat aku jauh darinya.
Memang bukan hal yang mudah ketika harus berbagi waktu antara belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi apalah daya yang namanya menjadi 'tamu' di rumah orang lain bukan berarti kita terus tinggal diam menerima pelayanan gratis dari sang tuan rumah, tidak kawan, jangan menjadi parasit di rumah orang lain. Jadikanlah dirimu lebih berarti, lebih berwarna dimanapun berada ^_^. (begitu pesan ibu yang tidak pernah kulupa).
Hm...begitulah hidup kawan..
ia ibarat kaca
Kadang begitu rapuh,
Dan kadang begitu angkuh
Tapi meskipun ia pecah berserakan
Itu bukanlah akhir dari keindahan
Karena masih ada harapan
Dalam perjalanan panjang kehidupan
Akan ada yang menyusunnya
Kembali utuh..."
ia ibarat kaca
Kadang begitu rapuh,
Dan kadang begitu angkuh
Tapi meskipun ia pecah berserakan
Itu bukanlah akhir dari keindahan
Karena masih ada harapan
Dalam perjalanan panjang kehidupan
Akan ada yang menyusunnya
Kembali utuh..."
Dan saat ini aku baru menyadari betapa aku harus bersyukur padaMu ya Rabb. Kesempatan merasakan hidup ditengah orang lain yang aku sendiri belum pernah mengenalnya menjadikan pribadi ini semakin dekat denganMu. Banyak pelajaran hidup yang kudapatkan, belajar untuk mandiri, mengurus diri sendiri dan tidak terus bergantung pada orang tua. Keadaan itu juga yang kemudian mengajarkan padaku betapa nikmatnya saat-saat curhat bersamaMu disepertiga malam terakhir.
Ya Rabb tiada yang pantas aku ucapkan selain rasa syukur yang teramat dalam. Begitu banyak nikmat yang Kau berikan gratis untukku. Sejak aku lahir hingga sekarang sudah tak terhingga lagi nikmat yang Kau berikan. Nikmat kasih sayang dari orang tua, teman, dan sahabat yang Engkau titipkan untuk menjagaku, demikian juga nikmat kemudahan yang selalu mewarnai perjalanan studiku hingga akhirnya menyelesaikan studiku dibangku kuliah ini. Dan masiiih banyak dan lebih banyakk lagi. Ah, betapa diri ini sangat malu Ya Rabb.
Apakah sudah cukup aku memberikan 'kebaikan'untukMu?
Rabb, apalagi yang membuatku tidak bersyukur. Astagfirullah....
ampuni segala khilaf dan dosa yang pernah kugoreskan, ku ingin jika nanti bertemu denganMu kudapat memberikan 'hadiah' terindah untukMu.
Terima kasih juga untukmu Ayah dan Ibu, terima kasih telah menuntun langkah kakiku mengarungi setiap fase dalam episode kehidupan ini.
06 Oktober 2011
MentariMu..^^
3 komentar:
nice story ma,
Aku sudah lama ga curhat di sepertiga malam terakhir. rasanyaa rindu sekali ma, cerita kepada yang bner tau apa yang bener2 terbaik utk kita, cerita dan meluapkan semua keluh kesah, plong rasanya.. ketika cerita kepadaNya, kita jadi tenang, karena semua yang ingin diceritakan disampaikan kepada org yg tepat..
keep semangat ma ^^
love uu :*
hehhe benar banget tih..memang Dialah satu2nya teman curhat yg paling baik..Dia ga hanya mendengar curhatan kita tapi juga memberikan jalan terbaik utk msalah2 kita..
Ttp semangat juga untukmu..
big hug for you my sister..:D
Bgus bgt kak..moga sukses kdepanny..aamiin..:-)
Posting Komentar